Kamis, 07 Juni 2012

RINGKASAN BUKU MENIKMATI DEMOKRASI – Anis Matta Part 1 (BAB 1- 15)


MARI KITA BERHENTI SEJENAK
Mari Kita berhenti sejenak disini!
Kita sudah relatif jauh berjalan bersama dalam kereta Dakwah. Banyak sudah yang kita lihat dan yang kita raih. Tapi, banyak juga yang masih kita keluhkan:  rintangan yang menghambat laju kereta, goncangan yang melelahkan fisik dan jiwa, sura-suara gaduh yang memekakkan telinga dari gerbong kereta ini, dan tikungan-tikungan tajam yang menegangkan. Sementara, banyak pemandangan indah yang terlewatkan dan tak sempat kita potret, juga banyak kursi kosong dalam kereta dakwah ini yang semestinya bisa ditempat oleh penumpang-penumpang baru tapi tidak sempat kita muat...Dan masih banyak lagi!
Jadi marilah kita berhenti sejenak disini! Sahabat Rasulullah generasi pertama menyebutnya Majlis Iman. Ibnu Ma’ud berkata, “Duduklah bersama kami, biar kita beriman sejenak.”
Majlis iman kita butuhkan untuk dua keperluan. Pertama untuk memantau keseimbangan antara berbagai perubahan pada lingkungan strategis dengan kondisi internal dakwah serta laju pertumbuhannya. Kedua, untuk mengisi ulang hati kita dengan energi baru. Beginilah akhirnya kita memahami mengapa majlis-majlis kecil para sahabat Rasulullah SAW, di masjid atau di rumah-rumah berubah menjadi wacana yang melahirkan gagasan-gagasan besar atau tempat merawat kesinambungan iman dan semangat jihad. Maka ucapan mereka, kata Ali, adalah dzikir, dan, diam mereka adalah perenungan.
Tradisi inilah yang hilang di antara kita sehingga diam kita berubah menjadi imajinasi yang liar, ucapan kita kehilangan arah dan makna.

PROYEK PERADABAN KITA
Membangun kehidupan yang islami adalah sebuah proyek peradaban raksasa. Proyek besar bertujuan merekonstruksi pemikiran dan kepribadian manusia muslim agar berpikir, merasa, dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah SWT atau dengan referensi Islam.
Pekerjaan-pekerjaan dakwah untuk menyelesaikan proyek dakwah itu harus dilakukan dalam empat tahap, yaitu Mihwar Tanzhimi (Pembentukan Organisasi), Mihwar Sya’bi (Membentuk Basis Sosial), Mihwar Muassasi (Membangun Institusi di seluruh sektor kehidupan) dan Mihwar Daulah (Institusi Negara)

PROSES PERALIHAN
Sekarang amal Islami telah memasuki era keterbukaan (jahriyah) dan bekerja dengan cara-cara yang juga terbuka. Kondisi yang dibutuhkan untuk memasuki era keterbukaan, kata Syekh Muhammad Ahmad Al-Rasyid , adalah jumlah kader yang cukup situasi politik yang kondusif, penerimaan yang baik dari masyarakat, dan tersedianya kendaraan yang akan digunakan.

DAKWAH, POLITIK DAN DEMOKRASI
Partisipasi politik di alam demokrasi, seperti yang sekarang kita lakukan, disamping mempunyai akar kebenaran dalam referensi Islam, juga punya makna strategis bagi proyek peradaban kita: bahwa ini adalah upaya meretas jalan bagi umat secara aman dan bebas untuk membangun dirinya, bahkan memiliki dunianya sendiri. Perbedaan mendasar antara demokrasi sekuler dengan konsep politik Islam terletak pada pandangan tentang siapa pemegang kedaulatan. Konsep demokrasi sekuler memberikannya kepada suara rakyat, sementara Islam kedaulatan sepenuhnya di tangan Tuhan. Perbedaan itu sangat mendasar, dan titik temu keduanya terletak pada konsep partisipas. Yang pada dasarnya adalah Jaminan hak asasi pada setiap orang, mendahulukan kepentingan kolektif daripada individu dan menjadikan keragaman itu sebuah kekuatan.

DILEMA PARTAI DAKWAH
Allah SWT sesungguhnya meletakkan ujian bagi kita, para duat: bagaimana menyepadankan kebenaran Islam dengan kesalihan manusianya dan menyamakan kebesaran Islam dengan kehebatan manusianya. Ini semua supaya politik tidak lagi menjadi “tugas yang sedih”. Dan tidak lagi “terkutuk” hanya karena ia harus “menerjemahkan nilai-nilai ke dalam dunia fakta-fakta”.

MENIKMATI DEMOKRASI
Yang kemudian harus kita lakukan adalah bagaimana mengintegrasikan kebenaran dengan legalitas. Bagaimana membuat sesuatu yang salah dalam pandangan agama menjadi tidak legal dalam pandangan hukum positif. Secara terbalik, itu pulalah yang dilakukan pelaku kejahatan. Para mafia narkoba harus mencuci uangnya agar bisa menjadi hak milik yang legal.

TUGAS MEMENANGKAN WACANA PUBLIK
Tugas memenangkan wacana publik tidak hanya dapat disederhanakan dengan memiliki media. Memenangkan wacana publik adalah seni tentang bagaimana mempengaruhi dan menyusun kerangka pemikiran masyarakat. Atau, bagaimana mereka berfikir dengan cara yang kita inginkan, bagaimana membuat mereka mempersepsikan sesuatu dengan lensa yang kita kenakan kepada mereka.

KELOMPOK PEMIKIR STRATEGI
Dakwah kita saat ini sangat membutuhkan kehadiran kelompok pemikir strategi. Generasi “ideolog” telah melakukana tugas mereka dengan baik. Sayyid Quthub, Muhammad Quthub, Muhammad Al-Ghazali, dan Yusuf Al-Qardhawi di Mesir, AL-Maududi di Pakistan dan Al-Nadawi di India. Mereka telah membangun basis pemikiran yang kokoh bagi kebangkitan Islam di seluruh dunia. Kini, tiba saatnya peran mereka dilanjtkan oleh generasi baru, generasi pemikir strategi yang bertugas menyusun langkah-langkah strategis untuk mencapai cita-cita dakwah.

DAKWAH YANG MENEGARA
Seni berkawan dan seni berkoalisi bukan hanya menuntut kemampuan mengartikulasikan diri dan nilai-nilai kita secara baik dan mempesona, melainkan juga menuntut kemampuan memahami orang lain. Memasuki ruang akal dan hati mereka, mengelola perbedaan-perbedaan menjadi kekuatan dinamis, dan mengansitipasi potensi ancaman untuk tidak terkristalisasi menjadi kekuatan desktruktif.

POLITIK ISOLASI
Isolasi adalah  kunci yang menutup ruang gerak sebuah kekuatan. Setiap kekuatan dalam medan pertempuran akan menghindari semua usaha pengepungan yang menghilangkan keleluasaannya untuk bergerak dan melawan. Dalam dunia militer, bisnis, dan politik modern, jaringan merupakan kekuatan paling ampuh yang setiap saat dapat digunakan untuk mengisolasi para pesaing.

CELAH SEJARAH DAN TANTANGAN BARU
Di hadapan kita saat ini ada sebuah celah sejarah yang diciptakan oleh masa transisi. Tetapi, peluang-peluangnya juga diserta dengan berbagai tantangan. Kalau kita ingin merebut masa depan dan kita memang harus merebutnya—tantangan-tantangan itu harus kita cermati dengan baik.

IMUNITAS
Dunia politik adalah tempat bersemayan kekuasaan yang secara pasti mempengaruhi kehidupan orang banyak. Kita ingin mengembalikan kekuasaan ke tempat yang sebenarnya. Tetapi, kekuasaan itu pedang bermata dua: mungkin kita bisa “membersihkannya”, mungkin juga menodai kita. Itulah sebabnya kita perlu imunitas: semacam daya tahan terhadap tekanan lingkungan yang tidak Islami, daya tangkal terhadap pengaruh negatif, atau daya seleksi terhadap pengaruh positif.

ASAS PENYIKAPAN
Asas penentuan sikap dan pengambilan keputusan adalah “asumsi” maslahat yang terdapat pada perkara itu. Karena sifatnya asumsi, maka sudah pasti relatif. Karena relatif, maka sangatlah mudah mengalami perubahan-perubahan.

RESIKO KEPUTUSAN
Sebuah keputusan Syuro selalu mengandung resiko. Sepanjang yang dilakukan syura adalah mendefinisikan maslahat’ammah atau mudharat yang bersifat asumtif, maka selalu ada resiko kesalahan. Atau, setidak-tidaknya “tempo kebenarannya” sangat pendek.

OPTIMALISASI SYURO
Syuro punya fungsi psikologis dan fungsi instrumental. Fungsi psikologi terlaksana dengan menjamin adanya kemeerdekaan dan kebebasan yang penuh bagi setiap peserta syuro untuk mengekspresikan pikiran-pikirannya secara wajar dan apa adanya. Tapi, tentu saja setiap orang punya cara yang berbeda-beda dalam mengekspresikan dirinya. Jika ruang ekspresi tidak terwadahi dengan baik, akan terjadi konflik yang kontraproduktif dalam syuro.   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar